Sebuah pepatah klasik berbunyi: jien li she ie ik puu : artinya perjalanan seribu mil dimulai dengan langlah pertama. Pesan moral dari kata kata mutiara pendek ini adalah tindakan. Memang benar tindakan adalah kekuatan! Action is power! Kita mungkin punya sebongkah impian indah, segudang rencana, setumpuk ide cemerlang, tetapi semua itu tidak akan menghasilkan apapun, jika kita tidak berani memulai dengan langkah pertama.

Sunday, December 10, 2006

Insan yang tersia-sia malamnya

Kami tujukan kepada: Insan yang tersia-sia malamnya

Wahai orang-orang yang terpejam matanya,
Perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan
sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami
pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga
terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan
rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu
bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan
mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah,
sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara
dari surga.



Wahai orang-orang yang terlelap,

Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat
membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang
tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat
dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya
yang merasuk semakin membuat dirimu terlena, menikmati
tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan
dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat
menikmatinya.


Wahai orang-orang yang terlena,

Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu!! Yang setiap
malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak
terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu
menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalah
para perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar
Sang Insan Kamil, Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda: "Sesungguhnya di surga itu ada
kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi
dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka
yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya,
menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat
manusia terlelap dalam tidur malam." Sudahkah kau
dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk
kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat
manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Akulah Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku
sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu
kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari
diriku, katanya, "Nuruddin itu kecanduan sholat malam,
banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang
benar." Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama
pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam
sebuah perbincangan seru. Kata mereka, "Nuruddin
Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang
banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia
bersama Tuhan". Aku tersenyum, mereka memang benar.
Kemenangan yang kuraih adalah karena do'a dan
sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu'an.

Tahukah kau dengan orang yang selalu setia
mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti
Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih
di mata Allah. Malam-malam kami adalah malam penuh
kemesraan dalam bingkai Tuhan. Gemerisik dedaunan dan
desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat
mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami
yang panjang.


Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang
membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan
padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Allah,
ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu,
sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah.
Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa.
Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku
dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya.
Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar
kami terbangun di sepertiga malamnya.


Wahai orang-orang yang terbuai,

Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqso,
rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas
itu, seorang Panglima Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi.
Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih
dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat
berjama'ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan
Al-Quran yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah
saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku
bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku
adalah perjuangan-perjuang an nyata, pengejawantahan
cintaku pada-Nya.


Wahai orang-orang yang masih saja terlena,

Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan
Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu,
Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam
memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa
sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan
kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya.
Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan
munajat penuh harap akan pertolongan- Nya. Jika Allah
memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat
kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami
terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung
kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Allah
temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan
menghidupi malam kami.


Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya,

Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang
kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar
dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa
sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan
tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan
Sholat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang
ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut
serta di sana, Malik bin Dinar, Atho' As-Sulami,
Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai.
Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh
berkah.


Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian
meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun.
Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan
biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah
dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu
tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah
orang-orang terbaik di negeri ini ?


Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak
kunjung datang. Hingga suatu malam, Malik bin Dinar
dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat
malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah
kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke
masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk
sholat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu
mengamati gerak gerikku.


Setelah sholat, dengan penuh kekhusyu'an kutengadahkan
tanganku ke langit, seraya berdo'a :

"Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba- Mu yang
berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang
sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu.
Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ?
Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ?
Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan
kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi
kami hujan secepatnya."


Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang
bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit.
Langit seakan runtuh mendengar do'a seorang pelayan
ini. Do'aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan
derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama
merindukannya.


Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun
terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku,
seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin
lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya
manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa
karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi
dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.


Wahai orang-orang yang tergoda,

Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk lehermu saat
kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di
tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu
sambil berkata, "Hai manusia, Engkau masih punya malam
panjang, karena itu tidurlah !!".


Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu
tipu muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka
bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk
menangkal godaannya. Sebutlah nama Allah, maka akan
lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka
akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir,
sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah
semua ikatan-ikatan itu.


Wahai orang-orang yang masih terlelap,

Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan
? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit,
bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama
dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2
rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Allah turun ke
langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu.
Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, "Akulah Raja,
Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan
Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi,
dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni.
Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia,

Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh
tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan
sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam
yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ?
Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka
ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau
akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam.
Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu
di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan
bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik
selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta
kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu.

Semoga Allah mempertemukan kita di sana, di surga-Nya,
mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang
sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya
terlihat dari luar. Semoga...

Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

(Manusia-Manusia Malam)

------------ --------- --------- --
)|( Menyalakan lilin kecil lebih baik daripada mengutuk kegelapan )|(

QS.9:105. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan- Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.